Membaca Sekarang, Membangun Masa Depan

Tahukah Sahabat bahwa tanggal 8 September lalu adalah Hari Aksara Internasional? Bermula dari konferensi yang diadakan di Teheran, Iran, pada tahun 1965, UNESCO menetapkan hari tersebut sebagai International Literacy Day atau di Indonesia disebut sebagai Hari Aksara Internasional (HAI).

Di Indonesia sendiri, puncak perayaannya akan diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di kota Palu pada tanggal 20 Oktober 2016 dengan tema “Penguatan Literasi dan Vokasi dalam Membangun Ekonomi Berkelanjutan”. Tema ini disesuaikan dengan tema global UNESCO, yaitu “Reading the Past, Writing the Future” atau “Membaca Masa Lalu, Menulis Masa Depan”. Pesan dari tema ini menekankan bahwa keaksaraan bukan cuma prioritas pendidikan, tapi juga investasi yang sangat penting bagi masa depan berkesinambungan.

Saat ini di Indonesia masih ada 11 propinsi yang tergolong tinggi jumlah penduduk tuna aksaranya. Berbagai laporan menunjukkan adanya hubungan antara tingkat tuna aksara suatu daerah dengan tingginya angka kemiskinan di tempat itu. Ini tentunya menjadi tugas bagi pemerintah dan masyarakat. Dan sebagai generasi penerus, tidak mengherankan kalau anak-anak masih menjadi fokus utama kampanye keaksaraan.

013-rumah-belajar-sahabat.jpg

Lalu, apa pentingnya pemberantasan tuna aksara bagi anak? Karena dengan satu hal ini saja sudah ada 3 dari 10 Hak Anak yang bisa terpenuhi: Hak untuk mendapatkan PENDIDIKAN, hak untuk mendapatkan KESAMAAN, dan hak untuk memiliki PERAN dalam PEMBANGUNAN. Itu sebabnya pendidikan dasar Calistung (membaca, menulis, berhitung) masih menjadi program andalan di kelas-kelas Bimbel Sahabat Anak. Dalam kelas ini, para volunter masih tetap menemukan adanya anak-anak marjinal yang walaupun sudah bersekolah secara formal masih tetap kesulitan dalam Calistung, sehingga menyurutkan minat belajar mereka secara keseluruhan.

Untuk meningkatkan keaksaraan anak-anak marjinal, Sahabat dapat membantu secara langsung menjadi tenaga pengajar di Bimbel SA terdekat, seperti Grogol, Cijantung, Gambir, Manggarai, Tanah Abang, dan Kota Tua. Jika bukan berlokasi di Jakarta, Sahabat juga bisa membantu rumah belajar di area masing-masing, atau bahkan menyumbangkan buku untuk taman baca anak.

Rumah Karya

Selama satu dekade ini sudah ada peningkatan dalam program penuntasan tuna aksara di Indonesia. Jika pada tahun 2005, penduduk tuna aksara mencapai 9,55% atau sekitar 14,89 juta orang, maka pada tahun 2014  telah turun menjadi 3,7% atau sekitar 5,9 juta orang. Hasil ini menunjukkan bahwa Indonesia telah berhasil melampaui target Deklarasi Dakkar tentang Pendidikan Untuk Semua (PUS), yaitu pada akhir tahun 2015 dapat menurunkan lebih dari separuh penduduk tuna aksara. Tentunya kabar baik ini dapat memacu kita mencapai angka yang lebih rendah di dekade depan, agar masa depan anak semakin cerah. 🙂

“Literacy is bridge from misery to hope”
Kofi Annan, Mantan Sekretaris Jenderal PBB

About Sahabat Anak

Sahabat Anak is a non-profit organisation that provides quality education and children’s rights advocacy in an effort to encourage and inspire Jakarta’s street children to escape urban poverty. The movement began in 1997 after a group of university students made a commitment to make a difference in the lives of Indonesia's street children. As a volunteer-based organisation, Sahabat Anak aims to involve as many members of the community as possible to help improve the lives of street children.

Posted on 09/11/2016, in Bahasa Indonesia, Children's Rights, Day In Calendar. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar